Banjir Bekasi 2025 kembali melanda akibat alih fungsi lahan dan buruknya drainase. Simak penyebab, dampak, serta solusi untuk mengatasi banjir tahunan ini!
Banjir di Bekasi seakan menjadi fenomena tahunan yang sulit dihindari. Secara geografis, wilayah Bekasi merupakan dataran rendah yang cenderung menjadi tempat genangan air. Sayangnya, banyak wilayah yang seharusnya menjadi area resapan kini telah berubah fungsi menjadi permukiman dan kawasan industri, memperparah risiko banjir setiap tahunnya.
Sejarah Banjir di Bekasi
Sejak zaman kerajaan Tarumanegara, banjir sudah menjadi permasalahan utama. Lebih dari 1500 tahun lalu, Raja Purnawarman memerintahkan penggalian Sungai Candrabaga dan Sungai Gomati sebagai solusi untuk mengatasi banjir dan kekeringan. Peristiwa ini tercatat dalam Prasasti Tugu, yang ditemukan di Desa Tugu, Koja, Jakarta Utara.
Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan sejak zaman kuno, masalah banjir tetap berulang, terutama dengan semakin padatnya penduduk dan alih fungsi lahan yang tidak terkendali.
Faktor Penyebab Banjir Bekasi 2025
Pada tahun 2025, banjir di Bekasi semakin diperparah oleh berbagai faktor:
- Alih Fungsi Lahan – Area resapan air semakin berkurang akibat pembangunan permukiman dan industri yang pesat.
- Sempadan Sungai yang Berkurang – Banyak pemukiman yang dibangun terlalu dekat dengan sungai, menyebabkan sungai kehilangan “ruang bernapas” ketika debit air meningkat.
- Drainase yang Buruk – Sistem drainase yang tidak memadai dan kurangnya perawatan saluran air mempercepat genangan air saat hujan deras.
- Curah Hujan Tinggi & Perubahan Iklim – Anomali cuaca akibat perubahan iklim membuat curah hujan semakin tinggi dan sulit diprediksi.
- Tingginya Urbanisasi – Pertumbuhan populasi yang pesat menyebabkan peningkatan jumlah bangunan dan berkurangnya area hijau.
Peraturan yang Harus Diperketat Untuk Mencegah Kejadian Seperti Banjir Bekasi 2025
Untuk mengatasi banjir, regulasi terkait sempadan sungai harus ditegakkan. Sesuai dengan Permen PU Nomor 28/PRT/M/2015, penetapan garis sempadan sungai harus diperiksa dan dipastikan kepatuhannya, terutama oleh para pengembang properti. Jika peraturan ini dilanggar, maka dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di kawasan rawan banjir.
Selain itu, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap pembangunan di wilayah Bekasi, dengan memperhitungkan dampak ekologisnya.
Solusi yang Bisa Dilakukan Untuk Mencegah Kejadian Seperti Banjir Bekasi 2025
Untuk mengatasi banjir Bekasi yang terus berulang, beberapa solusi perlu diterapkan, antara lain:
- Revitalisasi Sungai dan Drainase – Membersihkan dan memperlebar sungai agar aliran air lebih lancar.
- Pembuatan Kolam Retensi – Menyediakan waduk atau danau buatan untuk menampung air hujan.
- Penghijauan Perkotaan – Meningkatkan jumlah ruang hijau untuk menyerap air hujan secara alami.
- Penegakan Regulasi Bangunan – Memastikan perumahan dan bangunan lain tidak dibangun di atas daerah resapan air.
Kesimpulan
Banjir Bekasi 2025 menjadi peringatan serius bahwa solusi yang ada saat ini belum cukup efektif. Pemerintah daerah dan masyarakat harus bekerja sama dalam menjaga ekosistem sungai dan menerapkan kebijakan tata kota yang lebih ramah lingkungan. Jika tidak, banjir bukan hanya akan menjadi siklus tahunan, tetapi juga ancaman yang semakin membahayakan kehidupan di Bekasi.