115 Siswa SMA Negeri 1 Mempawah Gagal Mengikuti SNBP 2025 Akibat Kelalaian Pihak Sekolah. Simak Kronologi dan Dampaknya Di Sini!
Kekecewaan mendalam dirasakan oleh sebanyak 115 siswa SMA Negeri 1 Mempawah, Kalimantan Barat, yang gagal mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025. Penyebabnya sungguh mengejutkan—kelalaian pihak sekolah dalam mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).
SNBP sendiri merupakan jalur masuk perguruan tinggi tanpa tes yang didasarkan pada prestasi akademik siswa selama di sekolah. Jalur ini banyak dinantikan oleh siswa berprestasi yang ingin melanjutkan pendidikan ke PTN tanpa harus bersaing melalui ujian tulis. Oleh karena itu, kegagalan mereka mengikuti SNBP akibat kesalahan administrasi sekolah menimbulkan gelombang protes dari para siswa, orang tua, dan netizen.
Kenapa 115 Siwa SMA Negeri 1 Mempawah Gagal Ikut SNBP 2025?
Kesedihan dan Kekecewaan Siswa SMA Negeri 1 Mempawah
Begitu mengetahui bahwa mereka tidak bisa mengikuti SNBP 2025, suara tangis dan keluhan terdengar di lingkungan sekolah. Para siswa yang telah bekerja keras mempertahankan nilai selama bertahun-tahun merasa dikhianati oleh pihak sekolah. Mereka berharap bisa lolos ke perguruan tinggi impian tanpa harus bersaing melalui jalur ujian tertulis yang lebih sulit.
“Rasanya seperti mimpi buruk. Kami sudah berusaha keras, tapi semua sia-sia karena kesalahan pihak sekolah,” ujar salah satu siswa yang terdampak.
Pihak sekolah pun akhirnya angkat bicara dan menawarkan kompensasi berupa fasilitas bimbingan belajar di Ganesha Operation (GO) bagi siswa yang terdampak. Namun, hal ini tetap tidak dapat menghapus kekecewaan mereka.
Netizen Geram: Guru Lebih Sering Main TikTok?
Kasus ini langsung viral di media sosial, memancing kemarahan netizen. Banyak yang mengkritik kelalaian pihak sekolah, terutama Wakil Kepala Sekolah, Bu Febrini, yang diduga bertanggung jawab atas pengisian PDSS.
“Gara-gara lalai isi PDSS, masa depan 115 siswa jadi korban? Jangan-jangan gurunya kebanyakan main TikTok,” komentar salah satu netizen di media sosial.
Beberapa netizen bahkan menelusuri latar belakang kasus ini dan mendapati bahwa kelalaian pengisian PDSS bukan pertama kali terjadi di sekolah tersebut. Tagar seperti #Save115SiswaMempawah dan #KelalaianGuru ramai diperbincangkan, menyoroti pentingnya profesionalisme tenaga pengajar dalam menangani urusan administratif yang sangat berdampak pada masa depan siswa.
Evaluasi dan Tanggung Jawab Pihak Sekolah
Dalam upaya meredam kemarahan publik, pihak sekolah berjanji akan melakukan investigasi internal terkait kelalaian ini. Meski demikian, bagi para siswa yang gagal mengikuti SNBP, kerugian tetap tidak tergantikan.
Kesimpulan
Kasus ini menjadi pelajaran bagi sekolah-sekolah lain agar lebih berhati-hati dalam mengurus data penting yang berhubungan dengan seleksi masuk perguruan tinggi. Para guru dan staf administrasi sekolah harus lebih teliti dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas mereka, karena satu kesalahan kecil bisa berdampak besar pada masa depan siswa.
Semoga kejadian serupa tidak terulang lagi, dan dunia pendidikan semakin memperhatikan pentingnya akurasi dalam pengelolaan data siswa.