Analisis Hubungan Antara Status Gizi Anak Balita Dan Pendidikan Ibu. – Analisis status gizi dan pola pendidikan gizi terkait perkembangan anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalibaru
Pembentukan kualitas sumber daya alam (SDA) sangat tergantung pada proses pertumbuhan dan perkembangan pada usia dini. Gizi atau pemenuhan kebutuhan gizi merupakan pengaruh yang paling penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia di bawah lima tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan pola asuh gizi terhadap perkembangan anak usia 16-24 bulan.
Analisis Hubungan Antara Status Gizi Anak Balita Dan Pendidikan Ibu.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 160 anak usia 6-24 bulan diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil. Status gizi menurut indeks berat badan/umur adalah 52,2% dengan status gizi baik, 22,5% gizi buruk dan 10% gizi buruk. Perkembangan balita 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalibaru Kabupaten Banyuwangi, 75% memiliki pola asuh baik dan 25% memiliki pola asuh kurang baik. Hasil analisis analisis status gizi dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001. Artinya ada hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan di tempat kerja Puskesmas Kalibaru.
Hubungan Pola Asuh Gizi Dengan Status Gizi Pada Balita Usia 1 3 Tahun Di Posyandu Wilayah Puskesmas Sekaran Kota Semarang
Status gizi anak sangat penting untuk diperhatikan, karena umumnya berpengaruh besar dan bertahan lama terhadap status kesehatan anak, perkembangan fisik dan mental, serta produktivitas anak dewasa. Mutika1(K), Darwin Syamsul 2 1 Departemen Produksi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia 2 Departemen Farmasi, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia Penulis koresponden Email surat (K). wiramustika1990 @gmail (No telp yang sesuai 082272617561)
Abstrak Masalah gizi di Indonesia saat ini banyak dijumpai masalah gizi, yaitu di satu sisi masalah gizi kurang tidak dapat diselesaikan secara tuntas, namun muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih. Data Puskesmas Teupah Selatan tahun 2017 menunjukkan persentase gizi buruk menurut berat badan/umur pada 0-59 bulan sebesar 17%. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan gizi ibu, riwayat ASI eksklusif, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan gizi anak gizi buruk di Puskesmas Teupah Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian campuran (kuantitatif dan kualitatif) dengan pendekatan sequential explanatory. Metode pengumpulan data adalah primer, sekunder dan tersier. Informan penelitian kualitatif terdiri dari 2 informan utama dan 3 informan tambahan. Analisis data kualitatif dengan deskripsi, reduksi, seleksi, kesimpulan dan prediksi. Metode pengumpulan data adalah primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan ibu tentang gizi buruk sebanyak 43 orang (63%), riwayat ASI eksklusif sebanyak 60 orang (82,2%), pendapatan keluarga rendah sebanyak 47 orang (64,4%), ukuran keluarga . anggota: 45 keluarga (61,6%) dan kebiasaan makan yang buruk: 43 keluarga (58,9%). Hasil penelitian ini diperkuat dengan wawancara mendalam bahwa masalah tersebut merupakan penyebab kurang gizi pada anak balita. Ada hubungan pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan makan, dan tidak ada hubungan ASI eksklusif dengan status gizi buruk balita di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simeuleu.
Rangkuman Masalah Gizi Sampai saat ini Indonesia memiliki banyak masalah gizi, yaitu di satu sisi masalah gizi kurang dapat teratasi dengan baik, namun muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih. Pada tahun 2017, data Puskesmas SouthTeupah menghasilkan angka gizi buruk menurut berat badan dan umur 0-59 bulan sebesar 17%. Menganalisis pengetahuan gizi ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan gizi anak dengan status gizi buruk di Puskesmas Teupa Selatan. Metode yang digunakan adalah metode campuran (kuantitatif dan kualitatif) dengan pendekatan eksplanatif berurutan. Analisis kuantitatif dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-square. Metode pengumpulan data adalah primer, sekunder dan tersier. Informan penelitian kualitatif terdiri dari 2 informan utama dan 3 informan tambahan. Analisis data kualitatif dengan deskripsi, reduksi, seleksi, inferensi dan sense. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pengetahuan ibu gizi buruk sebanyak 43 orang (63%), riwayat pemberian ASI eksklusif sebanyak 60 orang (82%), dan pendapatan keluarga rendah sebanyak 47 orang (64%).
45 keluarga dengan jumlah anggota keluarga besar (61%) dan pola makan yang buruk sebanyak 43 keluarga (58%). Hasil penelitian ini diperkuat dengan wawancara mendalam bahwa masalah tersebut menjadi penyebab gizi buruk pada anak. Bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, kebiasaan makan, dan tidak ada hubungan riwayat ASI eksklusif dengan gizi buruk pada anak di Puskesmas Teupa Selatan Kecamatan Simuleu.
Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Kupang
PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini banyak dijumpai masalah gizi, yaitu di satu sisi masalah gizi kurang belum sepenuhnya teratasi, namun muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih (1). Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, status gizi anak usia 0-59 bulan di Indonesia berdasarkan BB (berat badan)/U (umur) adalah 14,4% anak gizi buruk. Sedangkan status gizi anak usia 0-59 bulan di Provinsi Aceh sebesar 16,7% persen dan di wilayah Simeuleu sebesar 22,2% (2). Berdasarkan hasil pemantauan status gizi, menurut BB/U Dinas Kesehatan Kabupaten Simelu tahun 2017 status gizi kurang 0-59 bulan sebesar 26,7% (3). yang artinya pada tahun 2016-2017 terjadi peningkatan persentase balita gizi buruk di wilayah Simule berdasarkan indikator World Health Organization (WHO) membatasi masalah kesehatan masyarakat. termasuk masalah berat atau kondisi kurus (malnutrisi). + malnutrisi) > 20% (4). Data Puskesmas Teupa Selatan tahun 2017 didapatkan persentase status gizi buruk anak usia 0-59 bulan sebesar 17% dan dibandingkan dengan data Puskesmas Teupa Selatan tahun 2016 status gizi buruk anak usia 0 tahun. -59 bulan. 11,6% yang berarti terjadi peningkatan kasus yang cukup pesat menjadi 5,4% di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simeuleu (5). Terjadinya masalah gizi juga disebabkan adanya ketidakseimbangan antara host (manusia), agent (nutrisi) dan lingkungan (environment). Ketidakseimbangan ketiga faktor tersebut menyebabkan gangguan gizi seperti Kekurangan Energi dan Protein (KEP) (6). Kekurangan energi protein menunjukkan rendahnya asupan energi dan protein dalam makanan sehari-hari, dan beberapa gangguan gizi dinilai jika berat badan anak kurang dari 80% indeks massa tubuh menurut umur (BB/U) (1). Gizi buruk pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan stunting, membuat anak malas melakukan aktivitas yang berkaitan dengan produksi energi, menekan daya tahan tubuh anak sehingga rentan terhadap penyakit infeksi, menghambat pertumbuhan dan perubahan otak yang optimal. di dalam tubuh. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak seperti gelisah, mudah menangis, dan efek berkelanjutannya adalah sikap apatis (6) (7) (8). Pola asuh ibu dalam memberikan makanan pada anak terbentuk dari rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, yang dapat dinilai dari kebiasaan makanan yang diberikan pada anak. Kebiasaan makan dibentuk oleh keyakinan, sikap, dan pilihan makanan yang berulang. Kebiasaan makan anak balita dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri DS dan Sukandar D menunjukkan bahwa ada pengaruh antara kebiasaan makan terhadap status gizi anak (p value < 0,05) (9). Pengetahuan ibu tentang gizi dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang tepat pada masa kanak-kanak yaitu riwayat pemberian ASI eksklusif. Ibu tidak mengetahui pentingnya ASI eksklusif dikarenakan pemberian ASI yang tidak sesuai dengan kebutuhan usia anak. Hampir 80% ibu menyusui mampu menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya hingga usia 6 bulan, bahkan ibu dengan gizi kurang dapat memproduksi ASI selama 3 bulan pertama.
43 anak (58,9%) dan pola makan yang baik 30 anak (41,1%), gizi buruk 41 anak (56,2%) dan gizi baik 32 anak (43,8%). Tabel 1 Analisis Karakteristik Responden Variabel n Persentase pengetahuan ibu tentang gizi buruk 46 63, Baik 27 37, Riwayat ASI eksklusif tidak diberikan 60 82, Tanggal 13 17, Pendapatan keluarga rendah 47 64, Jumlah anggota keluarga 26 35 Sangat 45 61 , Cukup 28 38, Kebiasaan makan buruk 43 58, Baik 30 41, Status gizi buruk 41 56, 2% Gizi baik 32 43,
Berdasarkan tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan nilai p sebesar 0,001 0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi buruk anak di Puskesmas.
Pengetahuan ibu gizi buruk 33 45, 2 13 17, 8 46 63, 0 0, baik 8 11, 0 19 26, 0 27 37, riwayat ASI eksklusif tidak diberikan 37 50, 7 23 31, 5 20 8 5, 5 9 12, 3 13 17, pendapatan keluarga rendah 35 47, 9 12 16, 4 47 64, 4 0, tinggi 6 8, 2 20 27, 4 26
Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Desa Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri
Pendidikan anak balita, hubungan status gizi dengan siklus menstruasi, status gizi pada balita, gizi bayi dan balita, hubungan antara qada dan qadar, hubungan status gizi dengan menstruasi, hubungan status gizi, analisis tentang hubungan antara pola tempat tinggal dengan bercocok tanam, gizi anak balita, status gizi ibu hamil, gizi untuk anak balita, status gizi balita pdf